Suatu hari di teras Bait Suci ....
"Maukah kutunjukkan pada kalian bukti yang amat tegas menentang iman hampir seluruh pengikut Paulus bahwa tidak seperti yang mereka kira; sesungguhnya aku hanya seorang utusan Tuhan, bukan firman yang hidup, apalagi Tuhan itu sendiri?"
Mereka menjawab, "Ya, tunjukkan pada kami, Guru!"
Lalu Yesus membacakan apa yang dicatat oleh pengarang injil Yohanes dan dipercaya oleh seluruh pengikut Paulus sebagai benar-benar ucapan Yesus, begini:
"Dengarlah, hai Bani Israel! Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yohanes 12:49-50)
Seorang tua bertubuh kekar, tidak mengenakan tutup kepala, mungkin pemimpin di antara orang banyak itu yang kebetulan duduk bersila di belakang Yesus menukas;
"Ya, memang seperti itu yang seharusnya dipahami, Guru! Engkau adalah satu dari sekian nabi Allah yang pernah diutus kepada umat manusia untuk menunjukkan kepada kami jalan lurus menuju kerajaan Allah. Engkau dilahirkan secara ajaib di antara kami, sama seperti Musa yang secara ajaib dapat membelah laut untuk membawa nenek moyang kami kembali ke tanah ini sebagai bukti bahwa Engkau termasuk di antara utusan Allah yang terpilih untuk menunjukkan berbagai mukjizat-Nya kepada kami. Karena itu, tidak ada alasan bagi orang bebal sekalipun untuk meragukan segala firman Allah yang Engkau sampaikan kepada kami. Sedangkan kami mengerti bahwa semua itu semata-mata adalah demi keselamatan kami sendiri agar tidak tersesat seperti umat sebelum dan sesudah kami. Allah Mahakasih lagi Mahakuasa. Kekuasaannya sangat besar melampaui kuasa segala makhluk. Sedangkan kami semua tahu bahwa Engkau adalah putra Maria, anak manusia, yang sama lemahnya seperti kami. Mustahil Engkau adalah jelmaan Allah, apalagi Allah itu sendiri!"
Yesus tersenyum, dan sambil mengadahkan wajahnya ke langit kemudian berkata lirih;
"Segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:8)
Di antara orang-orang yang duduk di baris depan dan mendengar ucapan Yesus itu bertanya heran;
"Ya, Rabbi, bagaimana mungkin ada manusia yang demikian bebal sehingga mengira dan percaya bahwa Engkau adalah Allah yang menjelma menjadi manusia?"
Sejurus Yesus memandang kumpulan orang-orang yang sedang duduk mengelilinginya di teras Bait Allah itu, lalu bertanya, "Kalian dengar pertanyaan yang diajukan oleh saudara kalian ini?"
Mereka menjawab serentak, "Ya! Kami mendengarnya!"
"Baiklah!" Yesus melanjutkan.
"Selama berabad-abad dan dari generasi ke generasi, dengan segala cara para rahib mereka terus menerus menanamkan ajaran aneh ini ke dalam kepala setiap pengikutnya bahwa Aku, Yeshohua putra Maria, adalah Tuhan. Dan yang paling kuat tertanam dalam benak mereka adalah bahwa Aku merupakan jelmaan dari firman Allah yang kemudian mereka anggap sebagai firman yang hidup. Dan karena Aku adalah firman Allah yang hidup dalam rupa manusia, maka mereka percaya bahwa Aku adalah bagian dari Allah yang entah bagaimana logikanya, pada akhirmya mereka anggap sebagai Allah itu sendiri!"
Tiba-tiba saja tedengar gemuruh tawa mendadak dari orang-orang yang sedang serius mendengarkan penjelasan Yesus ini. Bahkan ada di antaranya yang sampai terpingkal-pingkal sambil memegangi perut masing-masing!
Yesus mengangkat tangannya sebagai isyarat agar mereka tenang kembali, kemudian melanjutkan.
"Aku menyebut kata 'logika', sebab mekanisme berpikir itulah yang seharusnya mereka gunakan di jaman mereka guna memahami dengan benar salahsatu pesanku yang tercatat dalam kitab mereka Lukas 10:27 dan Matius 22:37. Di sana aku berpesan; kenali lebih dulu Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu agar kalian dapat mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi pula. Tapi ternyata umat ini gagal menggunakan akal budi mereka sendiri untuk memahami pesan-pesan dan sedemikian banyak firman Allah yang telah kusampaikan seperti di antaranya yang kubacakan tadi."
Dari tengah kerumunan itu terdengar seorang berseru; "Jelaskan pada kami, Guru!"
Mendengar itu Yesus pun melangkah pelan ke tengah-tengah kumpulan orang banyak itu, mungkin agar apa yang ingin disampaikannya dapat didengar dengan baik oleh semua orang yang ada di sana. Dan apa yang kemudian dijelaskannya adalah sebuah alur berpikir sederhana yang sangat logik sehingga sungguh aneh jika ada manusia yang jika akalnya masih berfungsi dengan baik, akan menolak kebenarannya.
Begini penjelasannya:
"Catat baik-baik dalam ingatan kalian, dan sampaikan nanti seperti yang kukatakan ini kepada segenap anak-cucu kalian di rumah!"
Lalu, sambil menghela nafas panjang, ia melanjutkan.
"Perhatikanlah, meski sama-sama mengaku sebagai pengikutku, tapi ada perbedaan sangat mendasar antara kalian yang mempercayaiku sebagai seorang nabi Allah, dengan mereka yang menganggapku sebagai Allah. Mereka mengimani ajaran yang mengatakan bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi diriku dan dengan demikian maka Aku adalah Allah dalam wujud manusia. Ini tidak dapat dibenarkan! Bukan saja karena hal seperti itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku, apalagi sampai terucap dari mulutku, tetapi diam-diam pasti akal sehat mereka sendiri juga sesungguhnya tidak dapat menerima perkara ganjil ini! Jika benar Aku adalah firman Allah sekaligus sebagai jelmaan Allah, tentu saja Aku tidak perlu lagi berfirman pada diriku sendiri sebagaimana tercatat dalam Yohanes 12:49-50 yang kubacakan tadi bukan?"
Kembali terdengar gemuruh gelak tawa orang-orang yang mendengarkan penjelasan Yesus ini, dan di antara suara riuh rendah itu terdengar suara-suara yang berseru; "Ya! ..... Ya! ..... Engkau berkata benar, Guru!"
Sekali lagi Yesus mengangkat tangannya agar orang banyak itu kembali tenang sehingga ia dapat melanjutkan penjelasannya.
"Ajaran ganjil lain yang sebetulnya mereka pahami pada jaman mereka sebagai 'logical fallacy' tapi sangat erat hubungannya dengan kejahatan besar yang mereka lakukan, yakni melawan Allah dengan cara menuhankan diriku tadi, adalah tentang utusan. Kitab mereka, Matius 15:24, mencatat dengan terang benderang bahwa aku telah menyatakan diri sebagai utusan Allah, khusus kepada kalian, Bani Israel. Artinya mustahil Aku adalah Allah! Sebab jika benar Aku adalah Allah, tentu saja tidak perlu ada kata utusan di sana. Buat apa Aku mengaku sebagai utusan Allah jika Aku sendiri adalah Allah?"
Mendengar penjelasan ini, makin banyak suara-suara yang berseru;
"Ya! ..... Ya! ..... Engkau berkata benar, Guru!"
Dan Yesus pun melanjutkan penjelasannya,
"Perhatikanlah bagaimana seharusnya mereka memahami arti 'utusan' seperti tercatat dalam kitab mereka, Matius 10:5. Di sana dijelaskan bahwa Aku mengutus sahabat-sahabatku untuk pergi mengabarkan injil ke berbagai daerah permukiman bangsa kita, keduabelas suku bangsa Israel. Sementara mereka pergi ke tempat-tempat yang kutunjuk, Aku sendiri tetap berdiam di sini. Ini menjelaskan dengan sangat terang bahwa Aku sebagai pengutus dan mereka sebagai utusan adalah dua hal yang sangat berbeda. Mau dijelaskan sebaik apapun, tidak ada dalam bahasa manusia di manapun di belahan bumi ini yang menyatakan bahwa utusan sama artinya dengan pengutus!"
Hening sejenak, sebab setelah berkata demikian tiba-tiba saja pandangan Yesus terlihat menerawang jauh menembus tembok tebal Bait suci sekan-akan sedang membayangkan sesuatu yang luar biasa di luar sana, sampai orang tua yang pertama kali berkata tadi bertanya;
"Jika demikian halnya, apa yang kelak akan terjadi pada mereka, Guru?"
Yesus tersentak dari lamunannya kemudian berbalik ke arah si penanya dan berkata;
"Allah memandang perbuatan mereka sebagai kejahatan, sehingga pada saatnya nanti, sekalipun mereka meraung-raung memohon pertolonganku, aku sama sekali tidak dapat menolong mereka dari dahsyatnya pembalasan yang akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka. Sedangkan tentang ini, ketahuilah! Sesungguhnya jauh-jauh hari aku telah memberi peringatan sebagaimana tercatat dalam kitab mereka, Matius 7:21-23, bahwa tidak seorangpun dari mereka yang selama hidupnya menuhankan Aku akan selamat dari kerasnya pembalasan Allah, satu-satunya Tuhan yang benar, akan tetapi telah mereka dustakan!"
[Sumber: Hermeneulogika Mendem]
0 Komentar