Agama merupakan masalah yang sangat penting, karena agama merupakan pedoman hidup yang kekal. Apabila orang terkecoh membeli barang yang dikira asli, ternyata barang itu palsu, maka orang itu pasti akan menderita kerugian. Namun kerugian yang diideritanya tidak seberapa, karena hanya bersifat kerugian materi belaka. tetapi jika keliru memilih agama, kerugiannya menjadi tak terhingga, yaitu kerugian dunia dan akhirat!
Oleh karenanya menjadi sangat penting bagi pemeluk setiap agama agar tidak bersikap "jumud" alias fanatik buta terhadap keyakinannya, melainkan harus bersikap terbuka, mau menerima segala sesuatu melalui penyelidikan mendalam dengan mempergunakan akal sehat dan rasio.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa agama Kristen adalah agama samawi, yaitu agama yang berasal dari langit atau agama wahyu, akan tetapi bila dianalisa kembali sejarahnya, maka akan kita temui bahwa agama Kristen adalah agama yang dibentuk berdasarkan "kesepakatan manusia" yang diselenggarakan melalui Konsili Nicea. Diselenggarakan di Niceae, Bithynia (sekarang Iznik di Turky), dan yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada tahun 325. Ini adalah Konsili Ekumenis yang pertama dari Gereja Kristiani, dan hasil utamanya adalah keseragaman dalam doktrin Kristiani, yang disebut Kredo Nicea.
Dengan diciptakannya kredo ini, terbentuk suatu preseden bagi konsili-konsili umum (ekumenis) para uskup (sinode-sinode) untuk menciptakan pokok-pokok pernyataan iman dan kanon-kanon ortodoksi doktrinal guna mewujudkan kesatuan iman bagi seluruh umat Kristen.
Tujuan diselenggarakannya konsili ini adalah untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dalam Gereja Aleksandria mengenai hakikat Yesus dalam hubungannya dengan Sang Bapa; khususnya, mengenai apakah Yesus memiliki substansi yang sama dengan Allah Bapa ataukah sekedar memiliki substansi yang serupa belaka dengan Allah Bapa.
St. Alexander dari Aleksandria dan Athanasius berpegang pada pendapat yang pertama; sedangkan seorang presbiter populer bernama Arius, yang dari namanya muncul istilah Arianisme, berpegang pada pendapat yang kedua. Konsili memutuskan bahwa pendukung Arius telah keliru (dari kira-kira 250-318 peserta, seluruhnya kecuali 2 orang, memberi suara menentang Arius). Hasil lain dari konsili ini adalah kesepakatan mengenai waktu perayaan Kebangkitan Kristus (paskha dalam Bahasa Yunani; Paskah dalam Bahasa Indonesia), hari raya terpenting dalam kalender gerejawi.
Konsili memutuskan untuk merayakan hari Kebangkitan Kristus pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama pertama terhitung sejak vernal equinox, lepas dari Penanggalan Ibrani (Lihat Quartodecimanisme). Konsili memberikan wewenang kepada Uskup Alexandria (yang menggunakan Kalender Aleksandrian) untuk setiap tahun mengumumkan tanggal perayaan Paskah kepada rekan-rekan uskupnya. (Sumber: Wikipedia)
Melihat kenyataan tersebut maka apakah agama ini bisa dianggap sebagai agama samawi, di mana manusia dengan seenaknya "memecat" dan menjadikan Tuhan dalam suatu agama yang kita pedomani? Padahal agama berasal dari Tuhan yang menciptakan kita? Apakah demi kepentingan segelintir manusia kita diperbolehkan lancang mengotak-atik wewenang dan otoritas Tuhan?
Dalam Konsili Nicea (325 M) ini terjadi perdebatan sengit antara kelompok Athanasius yang cenderung pada konsep trinitas dengan kelompok Arius yang menolak Yesus dengan Tuhan Bapa, apalagi ketuhanan Roh Kudus.
Setelah pengesahan ketuhanan Yesus terjadi kerusuhan berdarah yang menelan korban lebih dari satu juta jiwa, tentu saja ini bertentangan dengan ayat ciptaan mereka sendiri yang diklaim sebagai ayat yang tudah ada sebelum 325M yaitu pada matius 28:19-20: "karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan anak dan Roh kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman". Jika ayat ini sudah ada sejak dulu, lalu kenapa mereka harus memperdebatkan otoritas Bapa, Anak dan Roh kudus?
Mesir dikenal dengan kebudayaan dan peninggalan purbakala yang mengaggumkan. Tuhan ibu yang disembah oleh orang mesir adalah Isis yang mempunyai anak bernama Horus. Karena Horus juga disembah sebagai Tuhan, maka otomatis Isis menyandang gelar sebagai "Ibu Tuhan". Isis sebagai Tuhan Ibu bersama Horus dipangkuannya menjadi figur yang sangat popular. Gambar dan patung Ibu Tuhan bersama anaknya ini kemudian diterima dan diresmikan oleh para pemimpin gereja sebagai lambang dari Bunda Maria dan anaknya Yesus.
Isis, Dewi Kesuburan Mesir dilukiskan sebagai seorang ibu yang berdiri di atas bulan sabit dan bintang-bintang yang mengelilingi kepalanya. gambar ini kemudian dianut oleh seluruh gereja di eropa yang memperlihatkan Bunda Maria dalam pose seperti itu. Dalam perluasan wilayah Kristen selanjutnya. patung-patung Isis dan anaknya Horus, yang tersebar dimana-mana, oleh gereja kemudian tinggal dirubah namanya menjadi Maria dan Yesus!
Bunda Maria kemudian menduduki posisi yang makin lama makin penting. Patungnya menempati posisi yang utama di dalam gereja. Penyembahan padanya menjadi tidak kalah penting dengan penyembahan terhadap Yesus. Kemudian, tokoh-tokoh gereja sedunia yang bertemu di konsili Efesus tahun 431M, mengesahkan bunda maria sebagai teotokos (Ibu Tuhan). inilah penyembahan yang dilakukan oleh umat kristiani yang menyebar di seluruh kerajaan Romawi sampai ke Arab dan Afrika.
Bagian dari SK pengangkatan Bunda Maria sebagai ibu Tuhan, diperlihatkan oleh Tony Lane, dalam bukunya A Concise History of Christian Thought, 1984, hal 46.
"Berdasarkan pengertian tentang kesatuan yang tidak meragukan ini, kita menyatakan perawan yang suci (Maria) sebagai Ibu Tuhan, karena Tuhan firman berinkarnasi dan menjadi manusia dan dari hari kelahirannya sendiri, tubuh kasar yang diwarisi dari Maria bersatu dengannya."
Dalam perjalanan sejarahnya, kehadiran Al-Quran pun menjadi monumen sejarah bagi Kristen yang pernah mempertuhankan Bunda Maria:
" .... dan ingatlah ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" (QS. Al-maidah : 116)
Selanjutnya, pada Konsili di Konstantinopel tahun 381M gereja melengserkan Bunda Maria dari kedudukan pentingnya dalam konsep trinitas, untuk kemudian digantikan oleh figur Roh Kudus.
Jika ayat Matius 28:19-20 itu sudah ada pada tahun 431M, mengapa Bunda Maria termasuk oknum dalam trinitas? Mengapa sebelum tahun 381M, Roh Kudus tidak dirumuskan sebagai salah satu oknum trinitas?
Inilah bukti kuat pendukung pendapat yang menyatakan bahwa Matius 28:19-20 TIDAK PERNAH diucapkan oleh Yesus dan TIDAK PERNAH ditulis oleh penulis Injil Matius.
[Dari: Alexa Shild]
Baca juga:
0 Komentar