Baru

ads header

Benarkah Yesus Pernah MATI Tersalib?


Coba kita kutip teks-teks Al-Qur'an yang menyatakan bahwa secara umum murid-murid nabi Isa as -Hawariyyin- adalah orang-orang yang beriman, taat dan setia kepada nabi Isa as, dan dari sebuah Hadits yang kita kutip menunjukkan bahwa orang yang kemudian ditangkap dan disalib adalah salah seorang murid nabi Isa as yang dengan kerelaannya bersedia untuk diserupakan dengan nabi Isa as, sehingga dari al-Quran dan al-Hadits kita memperoleh kesimpulan bahwa orang yang dibunuh dan disalib bukanlah nabi Isa as dan bukan pula seorang pengkhianat.

Dan dari penelusuran teks-teks Bible sendiri, yaitu sebuah kitab yang diimani oleh umat Kristiani yang meyakini bahwa Yudas adalah seorang pengkhianat, ternyata banyak ayat yang secara implisit "tersamar" menyatakan bahwa Yudas Iskariot bukanlah seorang pengkhianat, namun seorang yang disebut Yesus sebagai seorang yang terbesar dan termulia di antara keduabelas murid-muridnya. 

Secara implisit pula kita dapatkan dari Bible bahwa kemudian Yudas diserupakan dengan Yesus ketika orang-orang yang akan menangkap Yesus terjatuh ke tanah, sehingga tidak menyaksikan proses penyerupaan Yudas ke Yesus. Sehingga mereka menyangka bahwa orang yang mereka tangkap adalah Yesus Kristus, padahal sesungguhnya adalah Yudas Iskariot yang telah diserupakan dengan Yesus. Pada tulisan  tersebut telah terbukti bahwa orang yang ditangkap adalah Yudas Iskariot, dan pada kajian ini, kita akan membuktikan juga bahwa orang yang ditangkap itu memang Yudas Iskariot, namun dari sisi yang lain. 

Jika sebelumnya kita membuktikan dari sisi fragmen saat-saat menjelang pengepungan dan menjelang penangkapan, maka kali ini kita akan membuktikan dari sisi setelah proses penangkapan dan pengadilan atas orang yang ditangkap.

Ternyata murid Yesus yang lain yang bernama Petrus mengetahui bahwa orang yang telah ditangkap dan sedang di adili oleh orang-orang Yahudi bukanlah Yesus, melainkan temannya yaitu Yudas yang telah diserupakan dengan Yesus sehingga Petrus menyangkal kalau dikatakan orang yang telah ditangkap dan sedang diadili adalah Yesus Kristus gurunya. Petrus adalah salah seorang dari duabelas orang murid Yesus yang selalu setia menemani dan taat mengikuti ajaran Yesus. Petrus adalah orang yang paling berani dalam membela Yesus.

Ketika orang-orang Yahudi bersama sejumlah pasukan mengepung Yesus dan murid-muridnya, Petrus dengan heroiknya tampil ke depan tanpa rasa takut sedikitpun menghadapi mereka yang berjumlah jauh lebih banyak. Konon Petrus dengan pedangnya berhasil memotong telinga salah seorang dari pasukan yang bernama Malchus, namun Yesus yang telah mengetahui kekuatan musuh jauh lebih besar dan mengetahui perlawanan tidak akan menghasilkan kemenangan sedikitpun, seketika itu juga Yesus menghentikan perlawanan Petrus. 

Yang perlu dicatat dalam kisah di atas adalah keberanian Petrus menghadapi sedemikian banyak orang yang akan menangkap Yesus. Sikap semacam itu adalah sikap orang yang teguh iman, tidak takut mati, rela berkorban jiwa, atau tegasnya, adalah sikap seorang kesatria.

Sikap semacam itu adalah hal yang biasanya dimiliki oleh seorang yang teguh memegang prinsip dan ideologi, seperti halnya dalam Islam, para sahabat utama Nabi Muhammad saw juga rela mengorbankan harta dan jiwa mereka demi membela Islam dan Nabi Muhammad saw. Demikian pula dengan kaum Hawariyyin seperti Petrus. Aadalah wajar bila dia bersikap demikian untuk membela Yesus gurunya, apalagi duabelas murid Yesus adalah orang-orang pilihan Yesus sendiri yang diangkat dari duabelas suku Israel. 

Bible mengisahkan, konon Petrus menyangkal pernah bersama-sama dengan Yesus, menyangkal mengenal Yesus dan menyangkal sebagai murid Yesus. Menurut Bible, secara implisit penyangkalan tersebut dilakukan Petrus hanyalah untuk menghindari agar dirinya tidak ikut ditangkap bersama-sama Yesus atau dengan kata lain Petrus takut untuk ditangkap. 

Kisah tersebut tentu saja melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang mengusik akal sehat, apakah mungkin Petrus yang heroik dan tidak takut mati, hanya dalam hitungan  jam saja tiba-tiba menjadi seorang pengecut yang takut ditangkap dan takut mati? Apakah Yesus salah memilih orang untuk dijadikan muridnya, ataukah Yesus telah gagal membentuk keimanan bagi murid-muirdnya? Untuk dapat menjawab semua itu, perlu diselidiki dan dikaji apa makna dan motif sesungguhnya dari penyangkalan Petrus tersebut.

LINTASAN KISAH
Sebelum kita mengkaji latar belakang dan motif penyangkalan Petrus, marilah kita lihat lintasan kisah yang melatar-belakanginya. Ketika orang-orang Yahudi dan pasukan prajurit Romawi berhasil mengepung Yesus dan murid-muridnya, tampilah Petrus melawan mereka untuk membela dan menyelamatkan Yesus. Dalam sekejap salah seorang dari mereka terpotong telinganya oleh pedang Petrus, namun melihat kekuatan musuh yang jauh lebih besar dan melihat perlawanan Petrus tidak akan berarti apa-apa, maka Yesus menghentikan perlawanan Petrus tersebut. Lalu Yesus tampil ke depan berkata kepada orang-orang yang ingin menagkapnya: “Siapakah yang kamu cari?” Tanya Yesus. “Yesus dari Nazaret” Jawab pasukan itu. lalu Yesus menegaskan, “Akulah Dia!” 

Saat itu juga mereka mundur hingga terjatuh ke tanah. Tentu bukan tanpa sebab hingga mereka mundur dan terjatuh ke tanah, pasti ada sesuatu yang menyebabkannya, penyebab itulah yang oleh para penulis Injil tidak dijelaskan dalam Injilnya. Dalam tulisan sebelumnya telah kita bahas bahwa saat itulah terjadinya proses perubahan wajah Yudas yang menyerupai wajah Yesus. Karena mereka terjatuh ke tanah, maka mereka tidak menyaksikan proses perubahan tersebut. Inilah rencana Allah SWT untuk menyelamatkan Yesus. Dan setelah itu, Yudas yang telah diserupakan dengan Yesus berkata kepada mereka yang akan menangkap Yesus: “Siapakah yang kamu cari?” Tanya Yudas yang sudah berubah wujud menyerupai Yesus. “Yesus dari Nazaret.” Jawab pasukan itu lagi. “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi” Tegas Yudas yang berwajah Yesus. Maka orang-orang Yahudi itupun menangkap Yudas yang mereka kira adalah Yesus dan membawanya kepada imam-imam Yahudi untuk diadili.

Sementara itu Petrus mengikuti dari kejauhan untuk mengetahui nasib apa yang akan menimpa sahabatnya itu.  Sepertinya Petrus mengetahui bahwa bukan Yesus yang ditangkap tetapi seseorang yang diserupakan dengan Yesus. Namun, umat Kristen meyakini bahwa orang yang ditangkap adalah Yesus bukan Yudas, karena ayat-ayat dalam Bible secara tekstual memang menyatakan demikian. Tetapi keyakinan tsb sangat lemah, karena banyak mengabaikan kejanggalan-kejanggalan kontekstualnya, yang pada kesempatan yang lalu telah membuktikan bahwa Yesus dan murid-muridnya sama sekali tidak membicarakan tentang seorang pengkhianat, tetapi seorang yang terbesar di antara keduabelas murid-muridnya. Dan umat Kristen tentu sepakat bahwa orang yang di-maksud Yesus adalah Yudas Iskariot, dan itu berarti Yudas bukanlah seorang pengkhianat!

Kembali lagi pada kisah Petrus, Petrus terus mengikuti Yudas yang ditangkap untuk diserahkan kepada imam-imam Yahudi. sesampainya mereka di bait Allah tempat Yudas akan disidang, Petrus berhenti dan menunggu di luar untuk mengetahui nasib Yudas selanjutnya. Ketika Petrus sedang menunggu jalannya sidang itulah datang orang-orang Yahudi kepada Petrus, dan sepertinya mereka mengenali Petrus sebagai orang yang selalu bersama-sama dengan Yesus dan sebagai murid Yesus. 

Di sinilah terjadi dialog antara orang-orang Yahudi dengan Petrus di mana dalam dialog tersebut orang-orang Yahudi mendakwa Petrus sebagai orang yang selalu bersama-sama dengan orang yang sedang diadili, dan mendakwa Petrus sebagai murid orang yang sedang diadili. Namun Petrus menyangkal semua dakwaan tersebut, Petrus tidak mengakui selalu bersama-sama, mengenal dan sebagai murid orang yang sedang disidang. 

Penyangkalan-penyangkalan Perus itulah yang diyakini oleh Umat Kristiani sebagai penyangkalan terhadapa Yesus. Sekarang mari kita lihat dialog selengkapnya.

FRAGMEN PENYANGKALAN
Berikut kutipan dialog antara orang-orang Yahudi dengan Petrus:

  • Injil Matius 26:69-74,
  • Injil Markus 14:67-71
  • Injil Lukas 22:56-60 ,
  • Injil Yohanes 18-25-28
  • Yahudi 1 : Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.
  • Petrus : Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.
  • Yahudi 2 : Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.
  • Petrus : Aku tidak kenal orang itu.
  • Yahudi 3 : Pasti engkau juga salah seorang dari. ….mereka, itu nyata dari bahasamu.
  • Petrus : Aku tidak kenal orang itu.

Kata "itu" yang digarisbawahi dalam fragmen di atas adalah sebagai kata ganti yang menunjuk kepada "seseorang" yang sedang diadili. Ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Petrus "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu", orang-orang Yahudi tersebut mendakwa Petrus adalah orang yang selalu bersama-sama dengan orang yang sedang diadili, yang mereka pikir adalah Yesus.

Terhadap dakwaan tersebut, Petrus menyangkal dengan mengatakan "Aku tidak tahu apa yang engkau maksud." Jawaban Petrus tersebut menunjukkan bahwa dia tidak dapat memahami bila dikatakan orang yang sedang diadili adalah Yesus dan tidak dapat mengerti bila dikatakan dia selalu bersama-sama dengan orang yang sedang diadili. Jawaban Petrus tersebut mempunyai dua kemungkinan:

Pertama, Petrus menyangkal bila dikatakan selalu bersama-sama dengan Yesus, dan itu berarti orang yang sedang diadili adalah Yesus. 
Kedua, Petrus menyangkal jika maksud peranyaannya adalah bahwa orang yang sedang diadili adalah Yesus, sehingga dia juga menyangkal bila dikatakan selalu bersama-sama dengan orang tersebut. Dalam dakwaan berikutnya yaitu yang kedua dan ketiga, Petrus didakwa "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu", Petrus secara konsisten berturut-turut menyangkal "Aku tidak kenal orang itu.", 

Jawaban Petrus tersebut juga mempunyai dua kemungkinan.

Pertama, Petrus menyangkal kenal dengan Yesus, hal itu berarti orang yang sedang disidang adalah Yesus,
Kedua, Petrus menyangkal kenal pada orang yang disidang, hal itu berarti bukan Yesus orang yang sedang disidang.

Dalam Yohanes 18:25 dakwaannya berbunyi, "Bukankah engkau juga seorang muridnya?" Dalam dakwaan tersebut, kata "nya" yang bergaris bawah adalah sebagai kata ganti yang menunjuk kepada orang yang sedang diadili. Terhadap dakwaan tersebut Petrus menyangkal "Aku bukan muridnya", yang mempunyai dua kemungkinan juga.

Pertama, Petrus menyangkal bila dikatakan sebagai murid Yesus, hal itu berarti orang yang sedang diadili adalah Yesus,
Kedua, Petrus hanya menyangkal bila dikatakan murid dari orang yang sedang diadili. Berarti orang yang sedang diadili 
bukan Yesus.

YESUS ATAU YUDAS?
Sekarang mari kita uji dua kemungkinan di atas.
Siapa sebenarnya yang sedang disangkal oleh Petrus? Yesuskah, ataukah orang lain yang diserupakan dengan Yesus?

Bila kita mengasumsikan orang yang sedang disidang adalah Yesus, maka artinya orang yang disangkal oleh Petrus adalah Yesus. 
Asumsi tersebut melahirkan pertanyaan sangat mendasar, mungkinkah Petrus menolak mengakui bahwa ia mengenal dan selalu bersama-sama dengan Yesus, dan menolak mengakui pula sebagai murid Yesus? Jika mungkin, lalu apa motif Petrus melakukan itu semua? Asumsi di atas, walau bagaimanapun praktis membuat kita menganggap Petrus sebagai seorang pengecut, pembohong, munafik, dan manusia tidak teguh iman!

Disebut pengecut dan pembohong, karena sejatinya Petrus adalah murid Yesus dan orang yang selalu bersama-sama dengan Yesus. Disebut munafik dan tidak teguh iman karena beberapa jam sebelumnya Petrus telah menunjukkan sikap sebagai seorang kstaria yang sangat heroik dalam membela Yesus.

Ditinjau dari catatan-catatan yang melatarbelakanginya, maka tidak ada satu motifpun yang mendorong Petrus untuk menjadi seorang pengecut. Apakah Petrus takut ditangkap hingga harus menyangkal segala dakwaan orang-orang Yahudi? Tentu saja tidak!

Jika orang-orang Yahudi ingin menangkap murid-murid Yesus juga, tentu mereka sudah menangkapnya ketika mereka mengepung Yesus dan murid-muridnya di taman Getsemani. Tapi pada kenyataannya tidak. Mereka membiarkan murid-murid Yesus pergi. 


Menyebut Petrus sebagai pengecut, secara tidak langsung telah memberikan label kepada Yesus sebagai orang yang tidak teliti dan gagal. Ya, gagal membentuk keimanan Petrus sehingga menjadi seorang pengecut, pembohong, munafik dan tidak teguh iman! Tidak teliti karena telah salah memilih orang yang akan diberi pelimpahan kepemimpinan selanjutnya.

Yohanes 21:17 mencatat: 

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”  

Tentu saja tuduhan sebagai pengecut dan munafik itu menjadi tidak mungkin, karena sejarah telah membuktikan bahwa Petruslah yang kemudian memegang kepemimpinan. Karenanya, mustahil Petrus menjadi seorang pengecut, menyangkal gurunya yang sangat dikasihinya itu.

Jika bukan Yesus yang diadili, lalu siapa yang disangkal Petrus?
Umat Kristen yang rajin membaca Bible tentu 
akan menjawab bahwa orang yang diadili adalah orang yang ditangkap di taman Getsemani, lalu diadili untuk kemudian disalib!

Memberikan nama Yudas sebagai orang yang diadili ternyata selaras dengan keseluruhan konteks ayat-ayat Bibel yang mencatat peristiwa ini. Selaras bahwa Yesus secara kontekstual menyebut Yudas sebagai orang yang terbesar, bukan sebagai pengecut.  Yudas telah membuat Yesus sangat terharu.

Kenapa Yesus terharu?
Karena Yudas berkorban nyawa menggantikan Yesus untuk ditangkap dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Kisah tsb selaras pula dengan sifat Petrus yang pemberani, heroik dan pantas menjadi seorang pengganti kepemimpinan Yesus.

Dengan demikian maka yang disalib bukan Yesus, melainkan Yudas! 


[Sumber: Indra Wibowo]

Posting Komentar

0 Komentar