AJARAN KRISTEN sejak lama berusaha membangun citra bahwa Paulus dan ajaran-ajarannya memiliki legitimasi kuat menyangkut ajaran Yesus Kristus yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid beliau setelah peristiwa penyaliban. Namun salahsatu masalah krusial dari ajaran Paulus ini adalah tentang penerapan Hukum Taurat. Hampir semua denominasi Kristen dewasa ini beranggapan bahwa sebagai pengikut Yesus Kristus, aturan-aturan yang terdapat dalam Taurat sudah tidak perlu lagi dijalankan dalam kehidupan mereka, karena sudah ‘digenapi’ oleh Yesus Kristus. Pendapat ini sebenarnya bukan ajaran Yesus, tapi cuma akal-akalan Paulus saja. Namun anehnya, diyakini oleh semua umat kristen sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus dan atau melalui murid-murid beliau.
Konstruksi sejarah yang berusaha dibangun dalam rangka mengukuhkan keabsahan pendapat Paulus atas ajaran Yesus dapat kita temui dalam doktrin Kristen yang konon katanya didasari oleh ayat-ayat dalam alkitab. Untuk itulah tulisan ini dibuat dengan maksud untuk mengungkap fakta-fakta yang ada bahwa apa yang diklaim oleh doktrin tersebut pada kenyataannya adalah salah, bahkan menurut ayat-ayat dalam alkitab sendiri!
Ajaran bahwa Hukum Taurat tidak perlu dilaksanakan lagi oleh pengikut Yesus bukan berasal dari Yesus, tapi diproklamirkan oleh Paulus. Secara panjang lebar, Paulus berusaha mencari pembenaran atas pendapat pribadinya bahwa setelah penyaliban Yesus, maka aturan-aturan yang terdapat dalam Taurat sudah tidak berlaku lagi, melainkan diganti dengan iman kepada Yesus Kristus. Ini dapat kita lihat dalam Roma 3:19-31, 4:13-16, 6:13-15, 10:4-14 yang pada intinya dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa:
- Tuhan menurunkan hukum Taurat untuk menunjukkan bahwa manusia tidak terlepas dari dosa karena tidak satu orangpun yang bisa melaksanakan hukum tersebut dengan sempurna.
- Diturunkannya hukum Taurat ‘membuka kesempatan’ bagi Tuhan untuk menyatakan kasih-Nya dengan pengorbanan Yesus Kristus. Kalau sebelumnya tidak ada hukum Taurat maka pengorbanan Yesus di tiang salib tentu tidak perlu terjadi.
- Aturan Taurat dan pengorbanan Yesus dikatakan sebagai bentuk keadilan Tuhan bagi manusia, karena membiarkan dosa-dosa sebelumnya dan menghapusnya pada saat penyaliban Yesus. Ditekankan di sini bahwa apa yang dilakukan oleh Tuhan adalah benar, dan orang yang beriman kepada Yesus juga akan dibenarkan.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran ini, Paulus kemudian menyimpulkan bahwa Tuhan itu bukanlah Tuhan hanya untuk Yahudi saja melainkan untuk semua umat manusia dan keselamatan bukanlah karena melaksanakan aturan Taurat seperti yang dijalankan oleh kaum Yahudi, tapi karena iman kepada Yesus Kristus. Tidak lupa Paulus juga kemudian mengkaitkan pemikirannya ini dengan Abraham (Roma 4:13-16) dengan mengatakan bahwa Abraham dan keturunannya yang telah dijanjikan-pun diselamatkan karena iman, sebab pada masa Abraham hukum Taurat belum ada.
Selanjutnya dalam Roma 10:4-14, Paulus memperkuat dan mengaitkan pendapat pribadinya dengan cara ‘menohok’ Musa yang mengajarkan Hukum Taurat bahwa 'orang yang melakukannya akan hidup karenanya’, namun keselamatan hanya dapat diperoleh dengan iman kepada Yesus. Dari sini terlihat jelas bahwa Paulus berusaha untuk 'mengambil Tuhan orang Yahudi, namun pada saat yang sama berusaha pula membuang ajaran dan hukum-hukum Tuhan yang berlaku bagi bangsa Yahudi itu sendiri’.
Jika kita perhatikan alkitab dan surat-surat Paulus dengan sangat teliti lalu bertanya, adakah dalam alkitab ajaran Yesus Kristus yang sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Paulus tentang Taurat? Maka kita akan menemukan fakta yang sangat menarik, yaitu; TIDAK ADA SATUPUN AJARAN YESUS YANG MENYATAKAN BAHWA HUKUM TAURAT MENJADI BATAL KARENA KEDATANGANNYA!
Satu-satunya ‘cantelan’ Paulus untuk membenarkan ajarannya ini hanyalah terkait dengan istilah ‘menggenapi’ seperti apa yang tercantum dalam Matius 5:17. Paulus terlihat mencomot kata ‘menggenapi hukum Taurat’ ini lalu memberikan penafsiran sesuai maunya sendiri, ini dilakukan dengan memotong-motong penjelasan lain dari Yesus Kristus, misalnya lanjutan ayat ini pada Matius 5:18-20, dan ‘serangan’ Yesus terhadap para imam Yahudi soal pelaksanaan hukum Taurat pada Matius 23. Di situ Yesus jelas-jelas menyatakan bahwa apa yang dimaksud dengan ‘menggenapi hukum Taurat’ bukanlah berarti tidak melaksanakannya, namun menyatakan bahwa aturan tersebut jangan ‘diperalat’ untuk kepentingan para pemuka Yahudi dan harus dijalankan dengan keimanan kepada Tuhan. Bahkan secara jelas Yesus menyatakan kepada para pengikutnya seperti berikut:
[Matius 23:3] "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."
Ini masih diperkuat lagi dengan pernyataan lainnya:
[Matius 5:20] Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
E.P Sanders, seorang Guru Besar Ilmu Kristen di Oxford dan Cambridge University, dalam bukunya ‘The Historical Figure of Jesus’ menyatakan: ”Kita perlu menambahkan di sini kenyataan bahwa Injil-Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas) tidak pernah memperlihatkan bahwa Yesus melanggar hukum Taurat atau menganjurkan orang lain untuk melanggarnya”.
Bangunan logika yang dikemukakan Paulus juga menimbulkan pertanyaan, ketika dia menyatakan bahwa Tidak seorangpun yang sanggup menjalankan hukum Taurat dengan sempurna, maka dengan adanya hukum Taurat manusia mengenal dosa. Ini artinya:
- Sama saja mengatakan bahwa Yesus Kristus-pun tidak luput dari dosa, termasuk juga ibundanya Maria, padahal doktrin Kristen menyatakan bahwa Yesus dan Ibunya (seperti yang ada dalam ajaran Katolik) adalah manusia yang tidak pernah mengenal dosa.
- Tentu saja bagi orang yang tidak menjalankan aturan yang telah ditetapkan Tuhan, maka dia dikatakan berdosa, namun ajaran ini menafikkan adanya ampunan Tuhan, dosa yang muncul pada manusia dianggap merupakan suatu hal yang ‘melekat’ dan tidak bisa dihapus oleh permintaan ampun dan taubat kepada Tuhan, tapi harus dilenyapkan dengan cara Tuhan sendiri yang harus mengorbankan dirinya. Kita pun jadi bertanya-tanya, apakah dalam ajaran Kristen tidak ada konsep tentang Tuhan yang Maha Pengampun?
Selanjutnya, untuk mengkaitkan bahwa apa yang diajarkan oleh Paulus tentang pelaksanaan Hukum Taurat ini memiliki korelasi dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus, maka alkitab memunculkan kitab ‘Kisah Para Rasul’. Inti dari kitab ini adalah:
- Menceritakan adanya pertemuan antara Paulus dengan Yesus Kristus, karena dalam Injil Matius, Markus, Lukas dan Johanes tidak ada fakta bahwa Paulus pernah bertemu dengan Yesus. Inilah yang tampaknya coba dilegitimasi melalui kitab ini.
- Kitab ini juga berusaha menunjukkan bahwa apa yang diajarkan oleh Paulus tentang penerapan hukum Taurat memang sudah mendapat restu dari para murid Yesus yang dianggap punya otoritas untuk membenarkan atau menolak suatu ajaran menurut apa yang pernah diajarkan oleh Yesus.
Mengenai kitab ‘Kisah Para Rasul’ ini, ada penjelasan yang menarik. Perhatikanlah bahwa pada tahap awal, kitab Perjanjian Baru terdiri dari dua kumpulan yakni:
- Keempat Injil dan
- Surat-Surat Paulus.
Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung diantara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Lihat penjelasannya di sini.
Jadi, kitab ini diakui sebagai 'catatan yang dimunculkan kemudian’ guna mengkaitkan ajaran Yesus yang terdapat dalam Injil dengan pikiran-pikiran Paulus yang tertuang dalam surat-suratnya. Adapun mengenai penulisnya disebutkan: "Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5; Kis 27:1-28) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus."
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kejadian sebelum Kisah Para Rasul 16 bukanlah merupakan ‘laporan pandangan mata’ dan kesaksian Lukas si penulis, namun Lukas mendapat sumber dari Paulus sendiri atau juga sumber-sumber lain yang menyertai Paulus. Tentang 'keanehan' eksistensi surat-surat Paulus dalam kompilasi alkitab ini, silahkan baca di sini.
Benarkah murid-murid Yesus mengakui dan menyetujui ajaran Paulus yang menyatakan bahwa Hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi dan telah diganti dengan iman kepada Yesus Kristus?
Informasi tentang munculnya Paulus pertama kali terjadi pada Kis 7 ketika Stefanus diadili oleh para Imam Yahudi dan dihukum mati, Paulus diceritakan ada di situ sebagai saksi (Kis 7:58) dan Paulus yang masih lebih dikenal sebagai Saulus merupakan musuh para pengikut Kristen. Namun dalam perjalan ke Damsyik untuk 'menghajar' para pengikut Yesus, Paulus mengaku bertemu dengan Yesus yang turun dari langit (Kis 9).
Cerita tentang pertemuan Paulus dengan Yesus ini cukup menarik untuk diteliti mengingat kisah ini diceritakan sampai 3 kali dalam kitab Kisah Para Rasul, yaitu pada Kis 9:3-8, 22:6-11, dan 26:14-18. Dari ketiga pengulangan cerita tersebut, yang merupakan ‘laporan pandangan mata’ hanyalah yang terdapat pada Kis 9:3-8, sedangkan dua cerita lainnya hanya pengulangan yang diceritakan kembali oleh Paulus kepada pihak lain, yaitu masyarakat Yahudi di Jerusalem (Kis 22) dan kepada raja Agripa (Kis 26). Namun jika diteliti, Kis. 9 malah akan menimbulkan pertanyaan serious tentang kebenaran, apakah memang benar Paulus pernah bertemu dengan Yesus atau hanya isapan jempol belaka. Kenapa?
- Lukas, si penulis Kisah Para Rasul tidak ada disitu, maka cerita ini hanya dia dapatkan dari pengakuan Paulus sendiri.
- Sekalipun dikatakan Lukas ada di situ sebagai saksi, ternyata ayat yang menjelaskan peristiwa tersebut justru menyatakan bahwa tidak ada saksi yang benar-benar menyaksikan pertemuan tersebut.
[Kis 9:7] Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.
Dinyatakan bahwa teman-teman seperjalanan Paulus ‘mendengar suara tapi tidak melihat siapa yang berbicara’, dan ini berbeda dengan pengakuan Paulus yang disampaikan berikutnya:
[Kis 22:9] Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.
Telusuri sendiri keanehan cerita dalam Kisah Para Rasul 9 tsb di sini.
Seorang netters Kristen mencoba menjelaskan perbedaan ini dengan melakukan ‘akrobat’ penafsiran kata-kata, dan mengartikan bahwa kedua ayat tersebut menyatakan saksi-saksi sebenarnya mendengar suara namun tidak mengerti apa yang disampaikan, dengan mencoba mengartikan keduanya dengan menjelaskan perbedaan kata ‘hear’ dan ‘listen’, yang satu dikatakan telah ‘mendengar’ dan yang lain dikatakan ‘mendengar dan menyimak’. Jadi, maksud Paulus menyatakan bahwa rekan-rekan seperjalannya ‘tidak mendengar’ adalah ‘mendengar juga tapi tidak menyimak sehingga tidak mengerti apa yang diucapkan’.
Penjelasan ini bukan saja tidak membuktikan bahwa peristiwa yang dialami oleh Paulus tersebut memang disaksikan oleh teman-teman seperjalannya, konon pula disebut-sebut pula bahwa mereka menyaksikan dan mengerti apa yang disampaikan oleh Yesus Kristus kepada Paulus, tapi justru melahirkan satu-satunya kesimpulan bahwa semua itu ditulis berdasarkan pengakuan -- atau tepatnya klaim -- Paulus sendiri. Ini lebih diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa untuk meyakinkan 'cerita karangannya' itu Paulus sampai demikian repot mengulang cerita ini sampai tiga kali!
Terkait bagaimana sebenarnya tanggapan para murid Yesus tentang ajaran Paulus yang menyatakan hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi, diungkapkan dalam beberapa penggalan peristiwa yang dimuat dalam Kisah Para Rasul, dan yang sangat mengejutkan, apabila kita melihat jalan ceritanya secara lengkap, kesan yang muncul justru terbalik dari apa yang didoktrinkan oleh ajaran Kristen:
Pertemuan pertama Paulus dengan para murid Yesus terdapat pada Kis 9:27, dalam ayat tersebut tidak diceritakan bagaimana sikap dan tanggapan para murid terhadap Paulus, termasuk ketika mereka diinformasikan tentang peristiwa ‘ajaib’ Paulus bertemu dengan Yesus yang turun dari langit. Penggalan ayat ini hanya menginformasikan bahwa Paulus waktu itu tinggal bersama para murid di Jerusalem dan melakukan dakwah secara berani (Kis 9:28), sama sekali tidak dijelaskan bagaimana tanggapan para murid tentang pertemuan Paulus dengan Yesus yang turun dari langit, apalagi komentar mereka terhadap apa yang diucapkan Yesus pada waktu itu. Pertemuan Paulus dengan para murid Yesus berikutnya terjadi pada Kis 15, ketika Paulus diserang oleh beberapa orang Farisi. yang dipermasahkan ternyata soal pelaksanaan hukum Taurat:
[Kis 15:5] Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa."
[Kis 15:6] Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.
Keputusan para murid yang diwakili oleh Petrus menyatakan bahwa:
[Kis 15:9] dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.
[Kis 15:10] Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?
Di situ jelas digambarkan bahwa Petrus menyatakan memaklumi tindakan Paulus karena pelaksanaan Hukum Taurat memang berat, bahkan bagi kaum Yahudi sendiri. Namun Petrus tidak menyatakan bahwa hukum Taurat tersebut DIBATALKAN dan DIGANTI dengan beriman (baca: menuhankan) Yesus, namun memberikan jalan keluar untuk melaksanakan pokok-pokok aturan Taurat:
[Kis 15:20] tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.
[Kis 15:21] Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat dirumah-rumah ibadat."
Lalu diperkuat lagi dengan pernyataan ini:
[Kis 15:28] Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:
[Kis 15:29] kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."
Keputusan para murid-murid Yesus ini menunjukkan:
- Fokus dakwah yang harus dilakukan oleh Paulus bagi kaum non-Yahudi adalah memperbaiki kemusyrikan mereka untuk tidak lagi menyembah Tuhan selain Allah, dan juga tidak lagi melakukan kemaksiatan.
- Terbukti bahwa pandangan para murid terhadap hukum Taurat sangat berbeda dengan apa yang diajarkan Paulus dalam Roma 3:19, bahwa tidak melaksanakan hukum Taurat secara sempurna bukan berarti merupakan ‘dosa yang tidak berampun’. Para murid Yesus secara tidak langsung menyatakan bahwa : Ketika Tuhan menurunkan aturan Taurat, maka kaum Yahudi harus berusaha untuk memenuhinya sebisa mungkin, seandainya akibat kelemahan dan kekhilafan mereka, aturan tersebut tidak dijalankan, maka ada peluang untuk meminta ampun kepada Tuhan.
- Ini juga merupakan bukti bahwa pada waktu itu, aturan yang diturunkan Allah bagi manusia melalui Taurat hanyalah berlaku bagi kaum Yahudi saja, sedangkan pada prinsipnya belum ada aturan yang diturunkan Allah bagi kaum diluar itu. Ketika ada pihak non-Yahudi yang ingin beriman kepada Tuhannya kaum Yahudi, aturan yang dipakai haruslah ‘merujuk’ kepada aturan Taurat, dengan terfokus kepada ajaran Tauhid menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus dan menghindari diri dari kemaksiatan.
- Terlihat adanya kesan bahwa pada waktu itu para murid sedang menunggu datangnya ajaran Allah yang akan diberlakukan untuk seluruh umat manusia, ajaran yang intinya sama dengan apa yang disampaikan Yesus, yaitu menuhankan Allah dan tidak menuhankan berhala, serta berbuat baik kepada sesama manusia dengan menghindari perbuatan maksiat.
Cerita selanjutnya menunjukkan adanya peyimpangan serius dari apa yang diperintahkan oleh murid-murid Yesus dengan apa yang disampaikan oleh Paulus. Hal inilah yang mendorong digelarnya pengadilan atas diri Paulus setelah ia terbukti melakukan penyelewengan dakwah Yesus kepada masyarakat non-Yahudi seperti digambarkan dalam Kisah Para Rasul berikut ini:
[Kis 21:18] Pada keesokan harinya pergilah Paulus bersama-sama dengan kami mengunjungi Yakobus; semua penatua telah hadir di situ.
[Kis 21:19] Paulus memberi salam kepada mereka, lalu menceriterakan dengan terperinci apa yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain oleh pelayanannya.
[Kis 21:20] Mendengar itu mereka memuliakan Allah. Lalu mereka berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat.
[Kis 21:21] Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita.
Ayat ini mengungkapkan fakta bahwa:
- Paulus telah mengajarkan ajaran yang berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh murid-murid Yesus, yaitu meniadakan Hukum Taurat.
- Penyimpangan Paulus tersebut ditentang keras oleh murid-murid Yesus, bahkan dinyatakan sebagai sebuah pembohongan publik.
Ayat selanjutnya menyatakan keputusan murid-murid Yesus untuk memaksa agar Paulus segera bertobat:
[Kis21:23] Sebab itu, lakukanlah apa yang kami katakan ini: Di antara kami ada empat orang yang bernazar.
[Kis21:24] Bawalah mereka bersama-sama dengan engkau, lakukanlah pentahiran dirimu bersama-sama dengan mereka dan tanggunglah biaya mereka, sehingga mereka dapat mencukurkan rambutnya; maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat.
[Kis21:25] Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan."
Sangat penting untuk digarisbawahi di sini bahwa substansi perintah murid-murid Yesus kepada Paulus tersebut adalah: agar segera kembali kepada keimanan pada Allah Yang Esa dan meninggalkan segala bentuk penyembahan kepada berhala, serta menghindarkan diri dari perbuatan maksiat. Bahkan untuk Paulus sendiri selaku orang Yahudi, jelas diinstruksikan agar dia menjalankan aturan Taurat secara penuh. Persidangan Paulus oleh para murid Yesus ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan dakwahnya, terbukti Paulus telah menerapkan ‘kreasinya’ sendiri yang sangat menyimpang dari ajaran murni Yesus Kristus melalui perintah kepada para muridnya terkait penerapan Hukum Taurat. Dan hal ini, tentu saja, dipersalahkan oleh murid-murid Yesus.
Namun ternyata setelah itu, Paulus kembali membangkang terhadap perintah para murid dan balik lagi mengajarkan ajaran ciptaannya seperti yang termuat dalam kitab Roma. Untuk meyakinkan orang, Paulus kembali mengulang ‘bualan’nya tentang pertemuan dia dengan Yesus (Kis 22:9) dan menyatakan bahwa dialah sebagai pihak yang menyampaikan ajaran Yesus yang sebenarnya:
[Gal 1:11] Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
[Gal 1:12] Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
Bahkan dengan berani, Paulus balik menuduh para murid Yesus-lah yang telah memutar-balikkan ajaran Yesus:
[Gal 1:6] Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
[Gal 1:7] yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Terlihat bahwa Paulus berusaha meyakinkan jemaat di Galatia yang sudah menerima ajaran Injil Kristus, lalu dia menuduh Injil tersebut adalah ajaran palsu yang diputar balikkan dan mencap orang yang menyampaikannya sebagai pihak ‘yang mengacaukan’, berbeda dengan apa yang disampaikannya kepada jemaat tersebut. Terkait dengan hal ini, Yakobus memberi teguran keras kepada Paulus dan menyatakan apa yang telah dilakukan Paulus tersebut adalah karena nafsunya dan perbuatan syaitan:
[Yak 3:1] Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
[Yak 3:14] Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
[Yak 3:15] Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
Selanjutnya Yakobus kembali menyampaikan ajaran Yesus yang sebenarnya tentang hukum Taurat untuk menggugat ajaran yang diciptakan oleh Paulus:
[Yak 2:14] Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
[Yak 2:17] Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Berkaitan dengan dasar argumentasi Paulus yang melakukan pembenaran ajarannya terhadap Abraham, Yakobus memberikan bantahan:
[Yak 2:20] Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
[Yak 2:21] Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
[Yak 2:22] Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
[Yak 2:23] Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
[Yak 2:24] Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Dengan mengkaitkan amal saleh dengan perbuatan Abraham, Yakobus mau menunjukkan bahwa cikal-bakal ajaran Taurat datang dari Tuhan dan harus dilaksanakan, ketika hal tersebut dijalankan maka itulah yang akan diperhitungkan sebagai amal saleh untuk mendapatkan keselamatan..
Dalam menyampaikan ajaran ciptaannya, Paulus terlihat ‘percaya diri’ dan seolah-olah sudah dirasuki oleh roh kudus, dia menganggap dirinya sebagai pemegang kebenaran karena mendapat ‘wangsit’ langsung dari Tuhan, sebaliknya pihak lain adalah salah. Untuk meyakinkan pendengarnya, Paulus juga tidak lupa melakukan ‘ancaman’:
[Gal 2:20] namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
[Gal 2:21] Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
Dia menyatakan: ”Bagi orang yang masih mengatakan hukum Taurat perlu dijalankan, dia otomatis menyatakan bahwa kematian Yesus ditiang salib adalah sia-sia”.
Kelakuan Paulus ini sebenarnya sudah diprediksi oleh Yesus Kristus, beliau mengingatkan pengikutnya untuk berhati-hati tentang adanya nabi palsu:
[Mat. 7:15] "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Nabi palsu tersebut datang dari dalam komunitas pengikut Yesus sendiri, mengaku mendapatkan ajaran dan wangsit dari Yesus dan mengajarkan ajaran yang berbeda bahkan bertolak-belakang dengan apa yang diajarkan oleh Yesus. Ketika Yesus mengajarkan: ”Sembahlah Bapa…”, maka nabi palsu ini membelokkan ajarannya menjadi:”Sembahlah Yesus, karena Yesus adalah Tuhan juga!”
[Dari Ust. Arda Chandra | Islam Menjawab Fitnah]
0 Komentar