2. Injil Markus
3. Injil Lukas
4. Injil Yohanes
Sebelumnya, pada masa-masa awal perkembangan Kristen, Injil tidak hanya berjumlah empat seperti tersebut di atas, melainkan puluhan bahkan ratusan, karena pada saat itu sudah terdapat banyak sekte-sekte Kristen, dan setiap sekte memiliki Injil yang berbeda dengan Injil sekte-sekte Kristen lainnya.
Setiap sekte mengklaim Injilnyalah yang sesuai dengan ajaran sejati Yesus, namun tidak ada satu injilpun yang betul-betul mencatat ajaran Yesus secara akurat dan pasti. Tidak ada satu Injilpun yang berisi secara pasti apa saja yang disabdakan oleh Yesus, semua telah bercampur dengan penafsiran dan dugaan para penulisnya.
Bahwa Injil-Injil yang ada sekarang ini hanya sekedar berupa tafsiran atas ajaran Yesus dan kisah hidup Yesus bukan pendapat umat Muslim saja, namun juga diakui oleh para intelektual Kristen sendiri seperti:
Washington Gladden, dalam bukunya Who Wrote the Bible, halaman 248:
"Tidak seorangpun di bumi yang tahu, atau akan tahu, apa kata-kata sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus dalam khutbahnya di atas bukit, dalam pembicaraannya di pinggir mata air, dalam pesan-pesan terakhirnya kepada para muridnya, dst ..... dst!"
Atau seperti pengakuan blak-blakan seorang dosen teologi; Professor J. Volkert dari St. Mary's Theological College: "Harus diakui bahwa kadang-kadang para penulis Injil menambahkan penafsiran theologis mereka sendiri kepada ucapan Yesus. Jelas bahwa kita tidak bisa berharap ucapan Yesus dihasilkan kata demi kata?kita tidak bisa berharap reproduksi ajaib kata-kata yang pasti dari nabi kita yang suci. Selain itu, kita tidak memiliki kata-kata-nya sebagaimana yang diucapkan-nya dalam bahasa Ibunya."
Oleh karena banyak Injil yang terdapat dalam masyarakat Kristen pada masa-masa awal perkembangannya, dan oleh karena masing-masing sekte mengklaim Injilnya paling sesuai dengan ajaran Yesus, maka hal ini dipandang akan megakibatkan perpecahan dalam tubuh Kristen itu sendiri yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan agama Kristen, maka diputuskan untuk memberlakukan Injil-Injil terntentu saja namun yang dapat mengakomodasi semua sekte.
Singkat cerita, diputuskanlah empat injil yang diterima (kanonik) oleh gereja yang diharapkan dapat mengakomodasi semua sekte yang ada, walaupun hal tersebut masih jauh dari harapan sekte-sekte yang Injil-nya ditolak (apokrif), namun gereja yang berkuasa akhirnya berhasil menjadikan semua umat Kristen menggunakan empat Injil yang telah ditentukan untuk digunakan secara bersama-sama.
MATIUS, MARKUS, LUKAS dan YOHANES
Ke-4 Injil kanonik tersebut adalah Injil yang "dikarang" oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Dikatakan "dikarang" karena mereka tidak menulis Injil berdasarkan ucapan Yesus kata-demi-kata atau sebagai saksi langsung, melainkan terinspirasi oleh kisah-kisah Yesus yang beredar di masyarakat pada saat itu baik berupa tulisan maupun lisan.
Seperti yang ditulis oleh seorang pengarang Injil yang bernama Lukas dalam Injil karangannya:
[Lukas 1:1-3] Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu.
Menurut Lukas sendiri, bahwa Injil karangannya adalah berdasarkan berita-berita yang beredar di masyarakat yang sampai kepada dirinya dan diselidikinya dengan seksama lalu diklaimnya sebagai suatu kebenaran.
Dari pernyataan Lukas sendiri dalam Injilnya 1:1-3 yang menyatakan. "seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman", menunjukkan bahwa dia bukanlah murid Yesus dan bukan saksi langsung atas ajaran Yesus, dia hanya menerima berita dari orang-orang yang menerima berita dari saksi mata dan murid-murid Yesus.
Namun, orang-orang Kristen awam mengklaim, bahwa ke-4 pengarang Injil adalah saksi mata kisah-kisah Yesus sekaligus sebagai murid-murid Yesus. Orang Kristen awam menyatakan bahwa penulisan Injil adalah atas dasar bimbingan Roh Kudus sehingga akan terjamin kebenarannya, padahal para pengarang Injil sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Injilnya dikarang atas bimbingan Roh Kudus.
Murid Yesus dan Bimbingan Roh Kudus?
Mengapa perlu menyatakan bahwa ke-4 Injil kanonik yang sekarang ini ada ditulis oleh empat orang murid Yesus dan atas bimbingan Roh Kudus?
Jawabannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada umat Kristen bahwa Injil-Injil yang dulu berjumlah banyak selain yang empat adalah Injil-Injil yang tidak dikarang oleh murid-murid Yesus atau saksi saksi langsung dan bukan atas bimbingan Roh Kudus sehingga Injil-Injil tersebut selain yang empat tidak dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
Jawaban yang lain adalah agar ke-4 Injil yang ditentukan oleh gereja untuk dikanon (diterima) dan diyakini sebagai Injil-Injil yang merepresentasikan ajaran Yesus secara akurat.
Bagi muslim yang awam sejarah Injil-Injil kanonik (diterima) dan Injil-Injil apokrif (ditolak) sebetulnya dapat menguji dengan cara yang awam pula yaitu dengan mengkritisi bukti-bukti yang ada dalam ke-4 Injil yang selalu mereka dakwahkan kepada umat Islam dengan pertanyaan awal "apa benar Injil-Injil yang didakwahkan kepada kita oleh para misionaris adalah Injil-Injil yang ditulis oleh para murid Yesus dan atas bimbingan Roh Kudus?"
Tiga lawan satu
Di dalam Injil karangan Yohanes, terdapat ayat yang sangat penting, sangat menentukan keselamatan seorang Kristen yang mengaku sebagai pengikut Yesus dan sekaligus sebagai jaminan nyata dari Yesus untuk mencapai keselamatan, ayat tersebut adalah:
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Injil Yohanes 14:6
Ayat tersebut mengisahkan bahwa Yesus di hadapan murid-muridnya -- secara konteks waktu itu Yudas tidak ada -- menyampaikan bahwa dirinya adalah jalan dan kebenaran, dan tidak ada seorangpun yang dapat selamat sampai kepada Bapa atau ke sorga kecuali melaui dirinya.
Tentu saja ayat ini pantas jikalau dikatakan sebagai ayat yang MAHA penting dan sebagai ayat emas bagi umat Kristen, karena tidak ada yang MAHA penting bagi manusia kecuali keselamatan hingga dapat mencapai sorga.
Tetapi sesuatu yang MAHA penting tersebut, ternyata tidak ditulis oleh ke-3 pengarang Injil yang lain, yaitu Matius, Markus dan Lukas. Bukankah telah diklaim bahwa semua penulis Injil adalah murid-murid Yesus dan bukankah semua murid Yesus ada dalam wejangan Yesus tersebut?
Tentu saja hal ini mengundang pertanyaan yang sangat logis, benarkah para penulis Injil tersebut murid-murid Yesus dan mendapat bimbingan Roh Kudus dalam mengarang Injilnya?
Apakah ke-3 penulis Injil yang lain lupa bahwa Yesus penah menyampaikan hal yang maha penting tersebut? bukankah telah diklaim mereka mendapat bimbingan Roh Kudus dalam mengarang Injilnya? apakah mungkin Roh Kudus yang alpa dalam membimbing sehingga lupa tentang wejangan Yesus yang maha penting tersebut?
Atau jangan-jangan klaim yang mengatakan mereka sebagai murid-murid Yesus dan atas bimbingan Roh Kudus adalah klaim kosong agar umat kristen meyakini saja kebenaran dan keabsahan ke-4 Injil kanonik tersebut?
Atau jangan-jangan Yohanes hanya mengarang ayat yang diatasnamakan sebagai sabda Yesus agar manusia mengikuti ajaran Yesus dan tidak mengikuti ajaran yang lain?
Dan masih banyak pertanyaan yang sangat logis dan kitabiah tentang ayat tersebut, dan apabila dijawab hanya akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru yang pada akhirnya tidak akan bisa dijawab kecuali dengan doktrin.
Pertanyaan pertayaan tersebut adalah sangat wajar dan bahkan harus dipertanyakan untuk menguji kebenaran sebuah ajaran, apakah ajaran tersebut benar-benar dari ajaran Yesus atau hanya berupa tafsiran atas berita yang berkembang di masyarakat, atau hanya sekedar ajaran Yohanes belaka. Apalagi, Injil Yohanes dikarang setelah Yohanes sendiri berusia 90 tahun.
Mari sama-sama kita coba simpulkan dulu informasi-informasi seputar ayat tersebut begini:
- Ditulis oleh Yohanes saja
- Ayat tersebut MAHA penting
- Ke-3 pengarang yang lain alpha
- Ke-4 pengarang diklaim murid Yesus
- Ke-4 Injil dikarang atas bimbingan Roh Kudus
- Ayat tersebut MAHA penting
- Ayat tersebut disampaikan kepada semua murid
Kesimpulan sementara adalah, mustahil ke-4 penulis Injil adalah murid-murid Yesus dan saksi langsung serta mendapat bimbingan Roh Kudus dalam mengarang Injilnya.
Di dalam ke-4 Injil terdapat ayat yang secara esensial tidaklah begitu penting kecuali sekedar sebagai pengetahuan saja, ayat tersebut adalah kisah Yesus naik keledai:
[Matius 21:7] Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya.
[Markus 11:7] Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya.
[Lukas 19:35] Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.
[Yohanes 12:14] Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya.
Kalau kita sedikit kritis, kita bisa bertanya: apa perlunya semua pengarang Injil menuliskan kisah Yesus menaiki keledai sementara Kisah Yesus memberikan petunjuk bagi keselamatan manusia justru hanya Yohanes saja yang menuliskannya?
Walaupun kisah Yesus menaiki keledai untuk menunjukkan Yesus sebagai nabi yang dinubuatkan, namun mengisahkan Yesus naik keladai dan menghilangkan petunjuk Yesus tentang keselamatan manusia adalah tidak bisa diterima bila mereka diklaim sebagai murid Yesus dan mendapat bimbingan Roh Kudus, kecuali menambahkan satu predikat kepada mereka bahwa mereka bukanlah orang-orang yang amanah atau dapat dipercaya keterangannya.
Jika predikat bukan orang-orang yang amanah diberikan kepada ke-3 pengarang Injil selain Yohanes, maka mustahil ke-3 Injil karangan mereka dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kehidupan beragama.
Tetapi, kalau mereka bukan murid Yesus dan tidak mendapatkan bimbingan Roh Kudus dalam mengarang Injil-Injilnya, maka meyakini ke-3 Injil sebagai kitab yang absah dan benar sesuai ajaran sejati Yesus adalah bukan karena kesadaran rohani melainkan hanya berdasarkan doktrin gereja yang penuh spekulasi.
Sehingga timbul pemikiran logis bahwa bisa jadi Injil-Injil yang pada masa awal-awal perkembangan Kristen yang dianggap sesat dan ditolak oleh gereja mula-mula justru sesuai dengan ajaran sejati Yesus, akan tetapi tidak sesuai dengan doktrin gereja yang berkuasa pada masa itu. Apalagi bila ditinjau dari bahasa murid-murid Yesus dan bahasa Yesus sendiri yang menggunakan bahasa Aram sebagai bahasa dakwah dan bahasa sehari-hari, sangat mustahil bila ke-4 pengarang Injil dikatakan sebagai murid-murid Yesus. Kenapa? Sebab ke-4 Injil justru ditulis tidak dalam bahasa mereka, melainkan dalam bahasa Yunani, bahasa yang sama sekali tidak pernah mereka gunakan. Bagaimana mungkin mereka adalah murid Yesus?
Para pakar tentang alkitab
Mari kita simak apa yang difirmankan Allah SWT di dalam al-Qur'an:
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:”Ini dari Allah”, (QS. 2:79)
Itu adalah petunjuk Allah SWT tentang kandungan alkitab yang telah bercampur dengan tulisan manusia. Adalah tidak adil bila tentang alkitab ini yang disampaikan hanya dari sisi muslim saja, karena akan dianggap sebagai upaya tendensius Islam terhadap Kristen. Untuk itu, marilah kita kutip pendapat-pendapat para pakar Kristen tentang kitab mereka sendiri:
1. James Russel Lowel.
Secara perlahan Injil manusia itu ditulis bukan pada lembaran-lembaran kertas atau lempengan-lempengan batu, setiap zaman, setiap keluarga, menambahkan satu ayat kepadanya, teks-teks tentang keputusasaan atau pengharapan, kebahagiaan atau kesedihan.
2. Fauste
Fauste adalah sarjana Kristen abad ke-4M mengatakan bahwa kitab-kitab yang disusun oleh para penulis Injil ditulis jauh setelah masa murid-murid Yesus oleh beberapa orang yang tidak jelas, yang karena kwatir bahwa dunia tidak akan menghargai hubungan mereka dengan persoalan-persoalan yang bisa jadi mereka tidk tahu, telah menerbitkannya di bawah nama para murid Yesus.
3. James Hastings, A Dictionary of Christ.
Ibrani atau bukan, tidak ada keraguan baik dari pertimbangan-pertimbangan apriori maupun dari bukti internal tentang Injil-Injil berbahasa Yunani bahwa telah berlangsung suatu rekaan dari pihak gereja tentang suatu Injil dalam bahasa Ibrani seperti yang kemudian secara umum diucapkan di daerah Yudea.
Dan masih banyak pendapat dari pakar-pakar Kristen tentang kitab mereka yang menyatakan bahwa Injil-Injil yang sekarang digunakan tidak mungkin ditulis oleh murid-murid Yesus seniri. Sebagian di antaranya dapat dilihat di sini.
[Sumber: Blog Tausiyah]
0 Komentar