Baru

ads header

Al-Qur'an, Tentang Laut Dan Sungai Di Dasar Laut



بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخاً وَحِجْراً مَّحْجُور
                              
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan [25]:53)

Images sungai di dasar laut

Sungguh jelas dan tiada sedikitpun keraguan atas kekuasaan Allah Subhanahu Wata'ala:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS Fush-Shilat [41]: 53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery Chanel’, pasti mengenal sosok Jacques Yves Costeau, seorang pakar oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis.

Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam di berbagai dasar samudera di seantero dunia guna membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk diperlihatkan kepada pemirsa Discovery Channel di seluruh dunia.

Jacques Yves Costeau, adalah penemu patung-patung perunggu peninggalan kapal Romawi kuno yang karam di dasar laut.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tanpa sengaja ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur (tidak melebur) dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Hal ini tentu saja sangat mengherankan dan membuatnya diam-diam terus bertanya-tanya dalam hati.

Suatu hari yang lain, Jacques Yves Costeau, mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya hampir menemui ajal saat melakukan pendakian di Gunung Alpine. Tapi secara ajaib ia selamat, dan kejadian ini membuat dirinya semakin percaya pada kekuasaan Tuhan.

Fenomena ganjil di dasar laut dan kekuasaan Tuhan, termasuk yang dialaminya sendiri itu pun kemudian mendorongnya untuk mencari tahu hubungan dan penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah laut dengan kekuasaan Tuhan. Namum setelah sekian lama ia tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan hingga ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan (fatamorgana) sewaktu menyelam saja.

Waktu pun terus berlalu, hingga pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kepada siapa ia menceritakan fenomena ganjil yang dialaminya itu. Sang Profesor teringat pada ayat Al-Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” Kemudian dibacakanlah surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya itu juga diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Mendengar penjelasan tentang ayat-ayat Al Qur’an itu, bukan main terpesona dan takjubnya hati Costeau. Perasaan takjub ini bahkan jauh melebihi kekagumannya selama ini pada berbagai keajaiban fenomenal yang pernah dialaminya sendiri di lautan dalam. Pandangannya terhadap Islam dan Al-Qur'an selama ini tiba-tiba saja berbalik 180 derajat!

Baginya, yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya mengeksplorasi 'lautan ilmu pengetahuan' di kedalaman samudra yang demikian luas dan menulis puluhan buku dan karya ilmiah menyangkut ilmu kelautan, mustahil Al-Qur’an dikarang dan disusun oleh seorang manusia bernama Muhammad (saw) yang hidup 14 abad lalu. Suatu zaman di mana mustahil pula ditemui peralatan selam canggih dan perangkat pendukung serba ultra modern yang memungkinkan manusia mencapai lokasi jauh terpencil di kedalaman samudera!

Sebagian orang menceritakan bahwa karena alasan ini, maka sebelum menutup mata - ia meninggal dunia pada 25 Juni 1997 - akhirnya Jacques Yves Costeau memutuskan untuk memeluk Islam sebagai agama yang dibawanya menghadap Allah. Subhanallah!

Kendati demikian, bukan hal itu yang menjadi substansi catatan ini, melainkan bukti bahwa firman Allah dalam  QS Fush-Shilat [41]: 53 terbukti benar!

Ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh Rasulullah (saw) kepada umat manusia berdasarkan wahyu Allah dalam Al-Quran pada abad 6 Masehi itu ternyata baru dapat dibuktikan oleh sains dan teknologi modern setelah melalui kurun waktu selama 1400 tahun lebih, yakni di penghujung abad 20 Masehi. 

Costeau percaya, dan dengan sepenuh keyakinan mengatakan bahwa Al-Qur’an sesungguhnya adalah sebuah kitab suci yang berisi firman Allah.

Rasulullah saw pernah bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?”  beliau menjawab, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”


Waullahualabissawab


Posting Komentar

0 Komentar