PAULUS dari Tarsus (Turki), adalah kaki tangan penjajah Romawi dan Yunani terhadap bangsa Palestina. Ia dianggap sebagai pembohong besar oleh pengikut ajaran Yesus yang murni. Ia telah menyesatkan sebagian umat manusia. Ajaran Paulus adalah apa yang sekarang ini kita kenal sebagai ajaran Kristen. Ajaran Kristen dan beribadat di Gereja sama sekali bukan, dan tidak pernah diajarkan oleh Yesus. Karenanya, seluruh surat-surat Paulus yang berjumlah 14 kitab yang kemudian tergabung dalam Perjanjian Baru, adalah rentetan kebohongannya yang berlarut-larut! Agama Kristen, yang menolak hukum Taurat Musa dan ajaran Tauhid Yesus, lahir dan kemudian berkembang sedemikian rupa adalah hasil rekayasa Paulus.
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam KRISTUS YESUS. Sebab itu kamipun telah percaya kepada KRISTUS YESUS, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam KRISTUS dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. (Galatia 2:16)
Paulus sama sekali bukan, dan tidak pernah, menjadi murid Yesus. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa Paulus tidak pernah bertemu dengan Yesus. Sebaliknya, sejarah pula yang mencatat bahwa Paulus adalah seorang penyesat ajaran Yesus demi kepentingan penjajah Romawi dan Yunani yang menguasai tanah Yudea pada pertengahan abad ke-2 Masehi.[1] Ia bukanlah sosok santun kepada siapa Yesus berkenan mengembankan tugas-tugas suci. Meski demikian, setelah Yesus tiada ia mengaku sudah bertobat dan bahkan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Rasul.[2] Padahal, Yesus tidak pernah mengenal, menyebut, menunjuk, apalagi mengangkat seorang yang bernama Paulus dari Tarsus sebagai muridnya! Kendati demikian, nama Paulus kemudian muncul secara "mencengangkan" melalui kitab propaganda tulisan LUKAS[3] yang menurut versi Alkitab Indonesia diberi nama Kisah Para Rasul.
Seluruh ajaran Paulus nyata-nyata bertentangan dengan misi dan tugas kerasulan Yesus, sebagaimana yang jelas-jelas disampaikan oleh Yesus sendiri, sesungguhnya terbatas hanya untuk umat Israel saja. Membahas penyelewengan ajaran-ajaran Yesus oleh Paulus sesungguhnya sangat menarik, namun membutuhkan waktu dan sangat melelahkan untuk dibaca.
Oleh karena itu, mari sama-sama kita simak beberapa saja dari ajaran-ajaran Paulus yang rasanya cukup mewakili sedemikian banyak kebohongan yang telah berhasil disusupkan dan "diabadikannya" ke dalam Alkitab. Kebohongan paling fundamental dari ajaran Paulus di antaranya dapat kita temui dalam Injil Perjanjian Baru Bab-1 GALATIA berikut ini:
1:10. Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba KRISTUS.
1:11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
1:12 Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan YESUS KRISTUS.
1:13 Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya.
1:14 Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.
1:15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,
1:16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;
1:17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik.
1:18 Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya.
1:19 Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan YESUS.
1:20 Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta.
1:21 Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia.
1:22 Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat KRISTUS di Yudea.
1:23 Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya.
1:24 Dan mereka memuliakan Allah karena aku.
Dari tulisan tangannya sendiri di atas, ada tiga fakta fundamental kebohongan Paulus:
- Paulus mengaku menerima Injil bukan dari manusia, tetapi dari Yesus (ayat 12). Injil yang bagaimanakah yang diterima Paulus dari Yesus ini? Mengapakah Paulus tidak menunjukkannya kepada umat manusia? Jika injil yang dimaksud adalah keempat injil kanonik, bukankah keempat injil tersebut ditulis jauh setelah Yesus tiada? Pernyataan Paulus ini jelas hanya isapan jempol semata, tanpa bukti, dan mengada-mengada!
- Paulus mengaku menerima wahyu dari Yesus untuk memberitakan ajarannya kepada bangsa-bangsa non-Yahudi (ayat 16). Sedangkan sebagaimana tersurat dalam injil-injil kanonik, Yesus diutus oleh Allah hanya untuk umat Israel yang tersesat. Jadi, bagaimana mungkin Paulus menerima wahyu dari Yesus, sementara Yesus sendiri hanya seorang Rasul utusan Allah? Pernyataan ini juga tidak bisa tidak, hanya isapan jempol, tanpa bukti, dan mengada-ada.
- Lebih kentara lagi kebohongan itu, sebab Paulus sendiri mengakui kalau rupanya tidak dikenal oleh orang-orang Kristen Yudea (ayat 22), yaitu sebuah wilayah di Palestina selatan yang dihuni oleh orang-orang Israel keturunan Yehuda, tempat di mana Yesus mula-mula sekali menjalankan misi kerasulannya. Bagaimana mungkin seorang utusan Yesus tidak dikenal oleh umat Israel dimana Yesus sendiri dibesarkan dan mengajarkan ajarannya? Lebih jauh lagi, kecuali hanya sedikit, umat Israel tidak pernah mengakui Yesus sebagai Nabi apalagi Tuhan! Bahkan, saking tidak sukanya mereka, Yesus pun diburu dan akhirnya "dibantai" di tiang salib! Dari sini, kita bisa melihat bahwa umat Israel tidak mungkin menerima Paulus, oleh karena ia bukan dari golongan umat Israel, melainkan seseorang dari bangsa lain. Pernyataan Paulus ini membuktikan bahwa ia sama sekali bukan, dan tidak pernah, bahkan tidak mungkin menjadi murid Yesus! Lebih jauh lagi, sebenarnya Paulus telah mengarang sendiri kesaksiannya bahwa (seolah-olah) orang-orang Yudea tersebut beragama Kristen. Padahal orang-orang Yudea adalah orang-orang Israel yang beragama Yahudi yang tegas-tegas menolak kehadiran Yesus! Sampai di sini, siapakah yang mengajarkan ajaran Kristen kepada orang-orang Yudea? Bukankah Paulus sendiri ditolak? Ini, tidak lain adalah isapan jempol semata!
Terlalu jelas bagaimana Paulus "mengarang" sendiri ajarannya dengan mengaku-ngaku sebagai rasul yang diutus oleh Yesus.
Telah disebutkan di atas bahwa seluruh ajaran Paulus ini sangat kontradiktif dengan ajaran Yesus, yakni menegakkan kembali hukum Taurat dan menggenapinya dengan Kitab Suci Injil. Berikut pernyataan Yesus menurut MATIUS:
5:17. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Menurut ayat-ayat di atas, Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi, menghilangkan satu titik pun tidak, tetapi justru untuk menggenapinya. Bahkan Yesus tegas-tegas mengancam umat Israel; bahwa jika kehidupan agama mereka tidak lebih baik dari para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, maka mereka tidak akan masuk kerajaan surga!
Ini sangat relevans dengan ucapan Yesus yang mashur, namun acapkali disalah-artikan oleh sebagian umat Kristen:
"Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)
Sebuah peringatan yang sebenarnya harus kembali disandingkan dengan ucapan lain beliau yang paling fundamental, yakni:
"Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15:24).
Perlu diingat lagi bahwa para ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah kelompok masyarakat Israel yang selalu menentang dan mencari-cari kesalahan Yesus, sebab mereka betul-betul menolak kerasulan Yesus.
Tapi bagaimana menurut Paulus? Mari kita simak sekali lagi apa yang ditulisnya dalam Galatia 6:12 seperti disebutkan di atas tadi:
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam KRISTUS YESUS. Sebab itu kamipun telah percaya kepada KRISTUS YESUS, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam KRISTUS dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Ini hanya satu dari sekian banyak bentuk-bentuk "pembangkangan" Paulus terhadap ajaran Yesus, sekaligus "pencemaran" yang kemudian disisipkannya pula ke dalam kemurnian ajaran Yesus di dalam alkitab. Pada perkembangan selanjutnya, timbullah berbagai standar ganda atau bahkan kontradiksi dalam ayat-ayat Alkitab yang membingungkan siapa saja yang coba dengan sungguh-sungguh mempelajarinya dengan mengedepankan logika.
Mengapa? Sebab ajaran Paulus ini sudah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi dogma, dan pada akhirnya tidak memerlukan penjelasan, kecuali harus diimani, titik! Sebagai contoh, perhatikanlah baik-baik perbedaan prinsip antara pokok-pokok ajaran Yesus dan ajaran Paulus[4] yang sebenarnya mudah sekali ditemui di dalam Alkitab.
Sebagian besar umat Kristiani dewasa ini percaya bahwa mereka adalah pengikut-pengikut Yesus sejati, namun sedikit sekali yang menyadari bahwa apa yang mereka imani selama ini sesungguhnya bukan lagi murni ajaran Yesus.
Tentang ini, Al-Qur'an mengingatkan kepada kita:
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah[2]:79)
Allah memperingatkan bahwa kelak di akhirat, ada 3 kelompok manusia yang akan mendapat kecelakaan besar dari tindakan memalsukan ayat-ayat (wahyu) Allah dalam Alkitab. Mereka adalah yang menulis, yang percaya, dan mereka yang menerima akibat daripada apa yang ditulis dan dipercayai itu.
Sementara itu, Paulus sendiri seolah-oleh tidak terlalu ambil pusing dengan masalah orang lain sebagai akibat dari apa yang telah diperbuatnya. Ia tenang-tenang saja menjalani kehidupan pribadinya, yang kita tidak tahu bagaimana, sambil berlindung di balik tulisan tangannya sendiri di dalam Alkitab:
"Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun." (1 Korintus 6:12)
Lihatlah, betapa dengan tanpa beban sedikitpun ia "membebaskan" dirinya sendiri dari segala bentuk hukum Alkitab yang mengikat para pengikut Yesus yang telah sedemikian jauh disesatkannya, sekaligus menyatakan pula bahwa tidak ada satu pun yang cukup berkuasa untuk memperhamba dirinya. Termasukkah dalam hal ini, Tuhan Bapa? [5]
Wallahu alam bisyawwab.
[Dikembangkan dari pengakuan seorang Muallaf, dan disarikan dari berbagai sumber lainnya]
0 Komentar