Kehidupan Beragama adalah hak bagi setiap manusia yang merupakan wujud dari kesadaran dirinya sebagai hamba sang Pencipta. Tidak seorangpun boleh memaksa orang lain untuk memeluk atau keluar dari suatu agama. Sungguh amat naif jika seseorang melakukan sesuatu peribadatan tanpa keyakinan, disebabkan keterpaksaan psikologis, moral, maupun material.
Di dunia ini terdapat berbagai kepercayaan dan agama yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai agama yang paling benar, sedangkan yang lain adalah sesat. Di antaranya adalah Agama Kristen yang memiliki pemeluk terbesar di dunia. Dengan figur Yesus sebagai Tuhan dan Penebus Dosa, Kristen setiap saat menyapa manusia untuk menerima doktrin dan ajarannya. Tetapi, setiap ia berbenturan dengan keyakinan lain, terutama dengan Islam, Yesus selalu dipertanyakan: "Dia manusia ataukah Tuhan?"
Di saat Kristen bertemu dengan seorang muslim bernama K.H. Bahaudin Mudhary, ia ditanya keabsahan doktrin ketuhanannya sekaligus Al-Kitab-nya. Hanya dengan berdasarkan ayat-ayat kitab suci Kristen sendiri, Bahaudin Mudhary mengungkap kerancuan dogma ketuhanan Yesus sebagaimana yang disampaikan dalam dialog dengan seorang misionaris Kristen bernama Antonius Widuri.
Buku yang sudah dicetak berulangkali dan juga diterbitkan di Inggris oleh Cambridge University Press ini adalah hasil dialog tersebut, yang sudah menjadi kitab rujukan dalam kajian ilmiah.
KATA PENGANTAR
Buku Dialog Masalah Ketuhanan Yesus ini telah mengalami cetak ulang beberapa kali, bahkan sudah beredar di negara-negara Timur Tengah dalam edisi Bahasa Arab, dicetak di Inggris oleh University Press Cambridge, dan memang luar biasa peminatnya.
Karena itu, Untuk cetakan kelima kali ini sengaja kami menjalin kerjasama dengan Penerbit Pustaka Da’i yang sudah lama menerbitkan beberapa buah pena almarhum K.H. Bahaudin Mudhady.
Tentu saja isinya persis seperti cetakan pertama Tahun 1971, meski dengan bentuk dan perwajahan yang tampil beda. Dan juga adanya tambahan, sebuah surprise yang datangnya dari teman sejawat ayahanda Almarhum yaitu Bapak KH. Abdullah Wasi’an yang berkenan memberikan sambutan untuk cetakan kelima ini. Insya Allah, ada makna dan maslahahnya bagi segenap pengagum buah pikir Alm. Kyai Bahaudin Mudhary, terutama bagi kami seluruh keluarga Almarhum dan Yayasan Pesantren Sumenep.
Wassalam
Surabaya, 3 Mei 1994
H. Hizbul Maulana
[Anda sedang membaca transkrip ke-1]
LANJUTAN KE TRANSKRIP BERIKUT
0 Komentar