Islam diHUJAT ... Islam MENJAWAB .... LALU alasan apa lagi ISLAM dibenci?
Sebagai sesama muslim, awalnya saya tergerak untuk merespons pertanyaan sahabat saya itu lewat kolom comment di bawah statusnya. Namun demi menghormati pesan kangmas dan pakde saya beberapa hari lalu agar saya jangan terlalu "pecicilan" dan seenaknya saja keluar-masuk dan meninggalkan tulisan di wilayah-wilayah yang sarat SARA, maka niat itu pun akhirnya saya urungkan.
Jawaban saya kira-kira begini:
- Ada sebagian kecil umat Islam yang berfikir radikal dan karena itu tidak segan-segan untuk bertindak radikal pula.
- Entah sudah berapa dasawarsa, umat di luar Islam terlanjur terprovokasi oleh kelompok-kelompok anti-Islam untuk menutup sebelah mata mereka dari fakta dan mulai terbiasa menjeneralisasi dengan sebelah matanya yang terbuka bahwa perilaku radikal sekelompok kecil umat Islam tadi adalah cerminan dari perilaku seluruh umat Islam. Meskipun pada kenyataannya pemikiran seperti itu jauh dari benar.
- Menurut CIA Factbook edisi Juli 2009, pemeluk Islam di seluruh dunia terus bertambah hingga saat ini sudah hampir mencapai angka 1,7 milyar atau 24,2% dari total penduduk bumi yang hanya berjumlah 6,7 milyar. Itu pun hampir separuhnya, atau 2,4 milyar adalah penduduk RRT (1,3 milyar) dan India (1,1 milyar). Anehnya, pertumbuhan ini lebih banyak - dan lebih pesat - terjadi di negara-negara barat, khususnya di negara-negara bekas Eropa Barat, USA, bahkan di Rusia dan negara-negara Balkan. Hal ini tentu saja dianggap sangat mengganggu kewibawaan Vatican khususnya, dan superioritas negara-negara barat pemeluk Kristen pada umumnya (menurut wikipedia, jumlah penduduk dunia yang beragama Kristen - dengan semua sektenya - saat ini sebanyak 2,1 milyar).
- Islam sudah cukup lama dianggap identik dengan bangsa Arab yang rata-rata amat kaya dengan sumber-sumber minyak bumi - bahkan uranium! - yang tidak dimiliki oleh kebanyakan bangsa-bangsa barat (yang pelan tapi pasti akan dilanda resesi sumber daya alam ini). Tidak dapat dipungkiri bahwa karakter bangsa Arab rata-rata keras, spontan, defensif, kurang bersahabat, dan mudah terprovokasi. Mendiskreditkan negara-negara Arab (dengan segala cara, termasuk memprovokasi individu-individunya) adalah salahsatu upaya untuk menghalalkan invasi militer atas nama "perang terhadap teroris" yang membungkus maksud sebenarnya yakni menguasai sumber-sumber kekayaan alam tadi. Coba telisik lagi kebijakan pemerintah Bush Jr. terhadap negara-negara Arab dan hubungannya dengan rekayasa peristiwa serangan 11 september. Siapa saja sebetulnya yang berada di balik aksi kejahatan terhadap kemanusiaan terbesar abad ini yang sangat, sangat, mencengangkan dunia itu?
- Suka atau tidak suka, keberatan atau tidak keberatan, serangan 11 September sudah terlanjur menjadi momentum besar yang memberi justifikasi lebih besar lagi kepada bangsa mana pun yang berinisiatif untuk tampil ke podium dan meneriakkan yel-yel, "Mari perangi teroris, mari perangi Islam!" Padahal yang menari-nari di belakang mereka adalah kelompok-kelompok radikal Israel yang mendukung kepentingan zionis.
- Muncul para oportunis amatiran yang mendaulat diri sendiri sebagai intelektual Islam dan mengaku mendapat "hidayah" untuk meninggalkan Islam karena Islam tidak sejalan dengan pemikirannya yang "merdeka." Atau gampangnya, mereka memproklamirkan diri sebagai pribadi-pribadi liberal sejati guna mendapatkan simpathy dari banyak fihak di negara-negara barat yang pada umumnya menganut faham ini. Sebut saja nama Ali Sina misalnya, yang memetik tidak sedikit keuntungan financial dengan memanfaatkan situasi (1), (2), (3), dan (4) di atas (baca: membentuk opini sesat tentang Islam di puncak segala ketidaktahuan rata-rata penduduk non-muslim negara-negara barat menyangkut ajaran Islam yang sesungguhnya). Aksi ini dilakukannya dengan menjungkir-balikkan isi Al Qur'an, Hadits, sejarah Rasulullah dan logika ajaran Islam itu sendiri melaui cyber war dan propaganda anti-Islam yang dilancarkannya melalui situs Islam Watch dan yayasan FFI (Faith Freedom International). Meskipun untuk itu ia sendiri secara sadar (atau berpura-pura) harus menjadi kafir karenanya. Pribadi sesat lain yang lebih gigih dalam upayanya "menyesatkan" siapa saja (baik muslim maupun non-muslim) dengan metode yang stereotye dengan Ali Sina adalah Robert Spencer AKA Shaik Ya Mami melalui situsnya yang berlabel Jihad Watch. Bedanya dengan Ali Sina adalah bahwa mantan muslim yang mengaku atheis tapi sesungguhnya beralih agama menjadi Katolik ini terus menerus mengobarkan kebencian rasis terhadap umat Islam sedunia melalui semua cara yang dapat dilakukannya dalam mengekspose isue-isue tentang jihad. Nampaknya ia faham betul bahwa di benak sebagian besar non-muslim, terutama di negara-negara barat, sudah terlanjur tertanam imej bahwa jihad adalah sama dan sebangun dengan terorisme.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada organisasi-organisasi yang mewakili kepentingan anti-Islam siap menyediakan dukungan dana hampir tidak terbatas bagi siapa saja yang bersedia mendiskreditkan Islam terutama melalui teknologi informasi (TV, surat kabar, majalah, tabloid, buku, seminar, ceramah, situs-situs internet dlsb) terutama di negara-negara yang rawan konflik sentimen agama. Indonesia termasuk negara yang menjadi sasaran mereka. Itu sebabnya di luar negeri kita lebih banyak mendengar atau membaca berita tentang kejahatan kemanusiaan (meski kecil) yang menimpa orang-orang non-muslim daripada sebaliknya.
Disadari atau tidak, Indonesia adalah salahsatu lambang supremasi Islam yang dibanggakan oleh umat muslim di seluruh dunia. Hampir 87% dari jumlah penduduknya yang (menurut CIA factbook edisi Juli 2009 tadi - jadi, bukan dari catatan badan statistik nasional yang sama-sama tidak kita percayai) berjumlah 240 juta itu, sebanyak 207 juta adalah muslim! Fakta ini telah sekian lama menempatkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar nomor 1 di dunia. Di atas itu, Indonesia juga merupakan cermin kerukunan hidup antar umat beragama yang sulit dicari tandingannya di negara-negara lain. Sebab walaupun mayoritas (hampir mutlak) penduduknya adalah Islam, tetapi toleransi terhadap agama-agama lain (terutama yang diakui dan dilindungi oleh konstitusi negara) terbukti sangat tinggi. Ini bukan karena intervensi pemerintah, akan tetapi memang pada dasarnya tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari budaya yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Hal ini bukan saja diamini dan disampaikan oleh Barrack Obama selaku Presiden AS dalam pidato pertamanya di luar negeri tahun lalu di Cairo, tetapi juga menjadi anjuran seorang Preiden AS kepada para pemimpin negara-negara Islam sedunia agar dijadikan contoh. Padahal lebih dari separuh penduduk bumi tahu bahwa AS adalah negara musuh Islam (atau sebaliknya) sebelum masa pemerintahan Obama.
Sayangnya, dan ini betul-betul patut disayangkan, di Indonesia sendiri nampaknya mulai tumbuh Ali Sina dan Robert Spencer kecil yang dapat kita jumpai aksi-aksi cyber war-nya melalui situs jejaring sosial seperti facebook, blogger, maupun forum-forum diskusi lainnya di internet. Sebut saja misalnya blog FFI Indonesia, Murtadin Kafirun, Islam Expose, Admin212 dan ruang-ruang publik lain yang mereka beri label forum diskusi ini atau itu dengan topik utama; menghujat dan melecehkan seluruh panji-panji Islam.
Tentu saja aksi mereka ini mendapat reaksi keras dari netters muslim melalui situs-situs tandingan seperti Menjawab Faithfreedom Indonesia, Contra-FFI Indonesia, Muslim Menjawab Tantangan, The Defenders of Da'wah dan masih banyak lagi situs-situs serupa yang selama ini telah dikenal baik oleh kedua belah fihak yang melibatkan diri dalam kancah cyber war ini.
Barisan berikut yang setiap saat siap untuk memanfaatkan peluang adalah misionaris-misionaris muda Kristen yang sama gigihnya dalam upaya mengkristenkan sebanyak mungkin umat Islam Indonesia melalui "metoda-metoda standar" mereka lewat berbagai cara, termasuk media internet yang hampir setali tiga uang caranya dengan (atau banyak sekali mengadopsi) pola-pola yang diterapkan oleh Ali Sina dan Robert Spencer. Sebuah cita-cita yang sejujurnya patut diacungi jempol mengingat kalkulasi matematiknya yang hampir nisbi.
Mengapa Islam dibenci?
Catatan di atas tentu saja belum mewakili ratusan, bahkan mungkin ribuan alasan lain yang berkembang sendiri-sendiri di berbagai belahan bumi ini. Namun agar tidak melebar ke sana ke mari, saya pikir lebih baik kita coba melihat apa yang berkembang di belahan bumi Nusantara tercinta ini saja.
Ketika pertanyaan ini iseng-iseng saya bawa kepada pakde saya yang lain, beliau mengatakan bahwa pertanyaan saya sebetulnya agak bias. Lalu dengan enteng beliau melanjutkan, "Yang seharusnya kamu perhatikan bukanlah kebencian itu sendiri, akan tetapi tujuan akhir - atau agenda - di balik semua upaya fihak-fihak yang coba mengobarkan rasa benci terhadap Islam."
Diam-diam saya pikir pendapat pakde saya ini ternyata makes sense juga, dan pertanyaan tentang mengapa Islam dibenci pun menjadi tambah menarik.
Dari merenung-renung setelah diberi sepotong wejangan itu akhirnya saya pikir, mengapa saya harus ikut-ikutan "terperangkap" dan memutar otak keras-keras sebagai orang yang harus menjawab pertanyaan itu? Mengapa saya tidak santai-santai saja dan membayangkan diri saya sebagai orang yang justru menyebabkan orang lain terdorong untuk mencetuskan pertanyaan itu?
Ingin tahu apa yang kemudian saya dapatkan menyangkut agenda tersembunyi di balik upaya mengobarkan kebencian terhadap Islam ini?
[Gus Mendem - 17 Mei 2010]
0 Komentar